(+62 21) 8795 1319 office@elangsatriatangguh.co.id

Jokowi soal Penanganan Pandemi: Bagi yang Komentar Mungkin Mudah, tapi Praktiknya Sulit …

Presiden Joko Widodo mengungkapkan sulitnya penanganan pandemi Covid-19 yang harus sejalan dengan pemulihan ekonomi. Menurut Jokowi, berbagai pihak dengan mudah menyampaikan komentar atas penanganan pandemi di Indonesia.

Namun, kenyataannya, praktik yang dilakukan pemerintah tidak mudah. “Ini adalah masa yang sulit, masa yang tidak mudah, masa yang tidak gampang,” ujar Jokowi saat memberi sambutan dalam 11th Kompas 100CEO Forum 2021 yang digelar secara virtual, Kamis (21/1/2021). Dia lantas menjelaskan, penanganan Covid-19 di hampir semua negara di dunia juga hampir sama sulitnya dengan di Indonesia. :

Jokowi Prediksi Industri Pangan, Farmasi dan Teknologi Akan Bertahan di Masa Pandemi Sebab, tidak hanya menangani kesehatan, pemulihan ekonomi akibat dampak pandemi juga harus terus dilakukan. Kedua hal tersebut menurutnya harus berjalan bersamaan agar dampak sosial secara jangka panjang tidak semakin buruk. “Mengatur manajemen, gas dan rem ini juga harus pas. Sesuatu yang tidak mudah dalam praktik. Kalau yang ngomentari mungkin (mudah) tapi saat dipraktikkan itu sulit,” ungkapnya. “Oleh sebab itu, ke depan tantangan dan peluang yang ada harus kita hadapi dan kita raih,”

Jokowi: Vaksinasi Covid-19 Mandiri Mungkin Bisa Diberikan asal Merek Beda Untuk mengantisipasi dampak pandemi di Indonesia, Jokowi menyebut ada langkah jangka pendek yang akan dilanjutkan pemerintah yakni program bantuan sosial (bansos), insentif pajak, bantuan modal hingga kartu pra kerja. “Untuk apa? Agar ada daya beli. Agar ada konsumsi, agar ada demand. Meskipun sebetulnya ruang yang paling besar untuk meningkatkan demand itu adalah kelas menengah yang sampai saat demand-nya belum bergerak naik,” tambah

Wali Kota Depok Mohammad Idris mengaku setuju dengan usul Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agar pemerintah pusat mengintegrasikan penanganan Covid-19 di Jabodetabek. Idris mengatakan, usulan serupa sudah pernah ia layangkan jauh sebelum Anies mengemukakannya belakangan ini.

“Setuju. Terus terang, itu memang ide dan usulan saya sejak awal kejadian, definitif ketika kasus memuncak pada Juni 2020,” jelas Idris kepada Kompas.com, Kamis (21/1/2021). “Tapi, saat itu, kami Depok masih mampu meningkatkan sarana-prasarana dan fasilitas penanganan,” ujarnya.

Memburuknya Pandemi Covid-19 di Jakarta dan Permintaan Pemerintah Pusat Turun Tangan Idris lantas membandingkan situasi pada Juni 2020 dengan sekarang. Menurut dia, pemerintah pusat sudah seharusnya turun tangan agar penanganan Covid-19 di Jabodetabek dapat terintegrasi lebih baik. “Saat ini memang sudah darurat, perlu ditangani secara kolaboratif dengan Jabodetabek, saat semua fasilitas kesehatan full terisi pasien,” katanya. Saat ini, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok mengakui bahwa penanganan Covid-19 secara kolaboratif antarwilayah Jabodetabek, praktis baru terjadi pada sisi rujukan pasien. “Saat ini koordinasi, kerja sama antara rumah sakit di Jabodetabek cukup. Ketika salah satu daerah penuh, ada yang kosong, maka saling membantu,” jelas juru bicara satgas, Dadang Wihana, Kamis.

“Di Jakarta pasti banyak pasien-pasien dari wilayah luar Jakarta. Depok pun beberapa rumah sakit ada juga yang pasien dari luar Depok, misalnya di RS UI atau di RS Bhayangkara/Brimob. Hal ini cukup baik karena di masa pandemi kita harus sama-sama bekerja sama dalam rangka merawat pasien yang membutuhkan perawatan,” ungkapnya. Baca juga: 4.501 Warga Depok Masih Positif Covid-19, Terbanyak Selama Pandemi Hingga data diperbarui kemarin, ada 4.501 pasien Covid-19 di Depok yang masih harus menjalani isolasi maupun dirawat di rumah sakit.

L

Bencana Silih Berganti di Awal Tahun 2021

 datang silih berganti di awal tahun 2021. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 136 bencana terjadi di Indonesia. Mayoritas bencana disebabkan oleh faktor kondisi alam seperti hujan deras, cuaca ekstrem, tanah longsor, banjir, dan lainnya.

Selain menelan banyak korban jiwa, bencana alam tersebut juga menghancurkan ribuan rumah dan bangunan. Ribuan orang pun harus mengungsi untuk berlindung

Beberapa bencana yang banyak menelan korban jiwa yaitu longsor di Sumedang. Pada Sabtu, 9 Januari 2021 tanah longsor memporak porandakan Dusun Bojong Kondang, RT 03 RW 10, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Saat itu, 12 orang dinyatakan hilang.

Berdasarkan informasi dari Pusdalops BPBD Kabupaten Sumedang, kejadian longsor terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Penyebab kejadian diduga dipicu hujan dengan intensitas tinggi.

Tebing setinggi 20 meter dan panjang 40 meter longsor menimpa 14 rumah hingga rusak berat.

Namun, saat petugas gabungan mengevakuasi korban dan banyak warga yang menonton, longsor susulan terjadi pukul 19.30 WIB.

Danramil Kecamatan Cimanggung Kapt Inf Setio Pribadi dan Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sumedang turut menjadi korban longsor.

Setelah beberapa hari mencari korban longsor, tim SAR akhirnya berhasil menemukan seluruh korban pada 18 Januari 2021.

Merujuk data Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB per hari Senin (18/1/2021) pukul 20.26 WIB. Total korban meninggal yang berhasil ditemukan mencapai 40 jiwa. Seluruh korban yang sudah ditemukan itu pun sudah berhasil diidentifikasi dan diserahkan ke keluarganya masing-masing.

Di hari yang sama, Indonesia dikejutkan dengan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Pesawat rute Cengkareng-Pontianak itu hilang kontak 4 menit setelah lepas landas dan dipastikan jatuh.

Hingga saat ini tim gabungan masih terus mencari korban dan puing pesawat Sriwijaya Air. Dilaporkan ada 62 orang yang berada di pesawat tersebut. 34 jasad korban sudah berhasil diidentifikasi DVI Polri sementara sisanya masih diperiksa.

Belum tuntas pencarian korban Sriwijaya Air dan longsor di Sumedang, banjir dilaporkan menerjang sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan. Berdasarkan data BNPB banjir tersebut akibat tingginya intenstas hujan yang mengguyur Kalimantan Selatan pada Minggu, 13 Januari 2021.

BNPB melaporkan terdapat 21.990 jiwa terdampak bencana banjir di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan.

Selain itu, 6.346 rumah terendam banjir. Akses jalan dari Pelaihari ke Banjarmasin pun terputus. Kabid Humas BNPB, Rita Rosita Simatupang mengungkapkan bahwa banjir kali ini disebabkan karena intensitas hujan yang tinggi sejak awal tahun 2021. Sehingga air sungai di Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut meluap.

Selain di Tanah Laut, banjir juga menerjang Kabupaten Balangan, Kalsel. Sebanyak 3.571 rumah terendam banjir pada 16 Januari 2021.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati merilis rincian dari kerugian materil tersebut antara lain rumah terendam di Kecamatan Halong, sebanyak 931 unit, Kecamatan Paringin 20 unit, Kecamatan Juai 576 unit, Kecamatan Paringin Selatan 336 unit, Kecamatan Tebing Tinggi 836 unit dan Kecamatan Awayan 872 unit.

Selain di Kalimantan Selatan, banjir juga melanda Kalimantan Utara. BNPB melaporkan banjir merendam, 533 rumah dan satu masjid.

Banjir berdampak di beberapa lokasi. Antara lain Kecamatan Sembakung, Desa Atap, Desa B. Bagu, Desa Labuk, Desa Pagar, Desa Tujung, Desa M. Bungkul, Desa Lubukan, Desa Tagul, Desa Pelaju dan Desa Tepian.

Menurut BNPB banjir yang terjadi disebabkan hujan dengan intensitas tinggi sehingga Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Sembakung meluap.

Diwaktu yang bersamaan, Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat digoyang rentetan gempa. Gempa pertama terjadi pada Kamis, 15 Januari 2021 siang dengan keluatan magnitudo 5,9.

Keesokan harinya, pada dini hari gempa kedua kembali terjadi dengan kekuatan yang lebih besar, yakni M 6,2.

Gempa kedua mengakibatkan banyak kerusakan bangunan, baik fasilitas umum maupun rumah- rumah warga serta kantor pemerintahan.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyebut hingga pukul 16.00 WIB, Senin (18/1/2021) sebanyak 84 orang meninggal akibat gempa yang terjadi di Sulawesi Barat (Sulbar).

Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI (Purn) Bagus Puruhito menyebut, 73 tiga di antaranya berasal dari Kabupaten Mamuju dan 11 orang di Majene, Sulbar.

Bagus menuturkan pengungsi di dua kabupaten tersebut cukup banyak. Jumlahnya mencapai belasan ribu ke atas. Menurut Bagus timnya dari sejumlah daerah di Sulawesi pun telah diterjunkan guna membantu penanganan gempa di sana.

terbaru, bencana banjir bandang menerjang Gunung Mas, Puncak Bogor pada Selasa, 19 Januari 2021.

Dalam sejumlah video yang beredar luas, nampak banjir bandang membawa material air bercampur lumpur dan ranting pohon mengalir deras di kawasan agrowisata itu. Lumpur yang mengalir dari aliran Kali Sampay itu meluap hingga menutup badan jalan.

Penduduk sekitar terlihat panik. Mereka berhamburan keluar rumah dan berlarian ke dataran lebih tinggi. Ada yang mengumandangkan azan saat bencana berlangsung.

Informasi yang dihimpun Liputan6.com, banjir bandang terjadi sekitar pukul 09.30 WIB.

Namun, pada pukul 12.10 WIB banjir bandang susulan terjadi.

Dua orang dilaporkan sempat terbawa banjir lumpur dari aliran Sungai Sampay. Keduanya selamat, tapi mengalami luka.

Sementara itu, seluruh warga yang tinggal di sekitar lokasi banjir bandang diungsikan di Wisma PTPN VIII Gunung Mas dan masjid.

Danramil 2124 Cisarua, Mayor Inf Aris Munandar mengaku sudah memperingatkan masyarakat untuk tidak mendekat ke lokasi banjir bandang. Hal ini dikhawatirkan terjadi banjir susulan.

“Karena kondisi di hulu sungai masih turun hujan,”

Sementara petugas gabungan dari BPBD, Tagana, TNI dan Kepolisian sudah bersiaga di lokasi untuk membantu mengevakuasi warga.

Diketahui, rumah warga yang terdampak banjir bandang berada di dalam kawasan Agrowisata Gunung Mas milik PTPN VIII. Sebagian besar warga yang bermukim disana sebagian besar karyawan PTPN VIII.

“Kita juga membawa peralatan ekstrikasi untuk pelaksanaan pembongkaran gedung-gedung yang runtuh dan mulai kemarin kita sudah dibantu oleh Polri,” katanya

Usai gempa memporak porandakan Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat, Presiden Jokowi memerintahkan jajarannya untuk segera melakukan upaya tanggap darurat.

Instruksi ini ditujukan kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Kepala Basarnas Marsdya Bagus Puruhito, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Idham Azis.

Jokowi telah memerintahkan Kepala BNPB Doni Monardo dan Mensos Risma ke lokasi gempa yang melanda beberapa daerah di Sulawesi Barat. Doni Monardo juga telah mengerahkan empat helikopter ke lokasi gempa.

Pada Selasa, 19 Januari 2021, Jokowi juga turun langsung ke lokasi gempa. Dia menjamin akan membantu warga yang rumahnya rusak akibat gempa. Bantuan akan disalurkan lewat uang dengan jumlah berbeda, tergantung pada tingkat kerusakan.

“Untuk yang rusak berat Rp 50 juta, untuk yang rusak sedang Rp 25 juta, dan untuk yang rusak ringan berarti yang retak-retak Rp 10 juta,” jelas Jokowi.

Jokowi berharap dengan bantuan dari diberikan maka kondisi masyarakat segera pulih. Baik rumah yang roboh maupun pemulihan ekonomi, pemulihan pelayanan di pemerintahan, birokrasi, bisa segera kembali normal.

“Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan. Terakhir, saya ingin sampaikan rasa duka cita yang mendalam atas korban 80 orang yang meninggal, yang telah ditemukan. Semoga yang ditinggalkan diberi keikhlasan dan kesabaran,” Jokowi menandasi.

Sehari sebelum ke Sulawesi Barat, Jokowi mendatangi lokasi banjir di Kalimantan Selatan.  Jokowi meminta jajarannya untuk segera mengirimkan bantuan untuk penanganan banjir di Kalimantan Selatan.

“Saya juga telah memerintahkan Kepala BNPB, telah memerintahkan juga Panglima TNI dan Kapolri untuk secepat-cepatnya mengirim bantuan. Terutama yang berkaitan dengan perahu karet yang sangat dibutuhkan penanganan bencana banjir di Kalimantan Selatan,” kata Jokowi melalui Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (15/1/2021).

Dia juga meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dari bencana alam, baik banjir maupun tanah longsor. Pasalnya, terjadi peningkatan curah hujan yang ekstrem pada bulan-bulan kedepan.